Perspektif Jerman: Ketepatan Waktu

                             15.20 - di depan Stasiun Besar Frankfurt am Main "Lari!"
                             15.22 - ngantri di depan mesin penjual tiket otomatis "Tiket, tiket, tiket..."
                             15.24 - mesin ngadat "Come ooon madafakaaa...!!!"
                             15.26 - di lorong menuju peron "Warte bitteeee....!"
                             15.27 - menatap nanar kepergian kereta regional tujuan Stasiun Fulda


Jadwal harian keberangkatan kereta: setiap menit ke-26

Meskipun terkadang (in rare cases) keterlambatan kereta tidak bisa dihindari, ketepatan waktu adalah salah satu ciri khas masyarakat Jerman. Sebagai seorang penduduk asli pribumi tanah air Indonesia, hal ini bisa jadi merupakan sebuah pukulan batin dan mental yang luar biasa. Aku pribadi cukup bangga dan bisa mengatakan bahwa aku sama sekali tidak kesulitan beradaptasi dengan budaya khas ini. Bapakku dulu suka melotot kalau aku datang terlambat ke acara atau janji yang aku buat sendiri -_-a. Yeah, tidak dipungkiri, dalam beberapa kesempatan aku terkadang terlambat datang, karena menyesuaikan diri dengan budaya jam karet di Indonesia ataupun karena "sengaja" ingin terlambat. 

Tapi di sini, ketepatan waktu adalah harga mati.

Jadwal yang aneh

Mulai bulan Oktober-Januari kemarin, aku mengikuti kursus Bahasa Jerman level B2.1 di Hochschule Fulda (University of Applied Science Fulda). Seumur hidup, baru kali itu aku menjumpai jadwal kursus yang aneh. Kalau di Indonesia, jadwal sebuah acara biasanya dibuat pada jam-jam yang mudah diingat: misalnya kelipatan 15 menit. Jadi, kalau ditanya "eh, ntar kursus jam berapa, Bro?" jawabannya rata-rata "jam sepuluh" atau "jam setengah sebelas", dalam beberapa kasus "jam sepuluh lebih seperempat" atau "jam sebelas kurang seperempat."

Bagi orang Jerman: when they say time is money, they really mean it; every second counts. Dan jadwal kursusku di sini adalah:
Rabu: 09.50 - 13.05
Jumat: 09.50 - 11.35

Kalo jadwal ini diterapkan di Indonesia, terus ada orang nanya ke aku "eh, ntar kursus jam berapa, Jeng?" dan aku jawab apa adanya, orang yang nanya pasti bakal mengerutkan dahi, memandangku seperti orang sinting, terus bilang "bokis, lo!"

 

Pas kapanpun, tak kurang, tak lebih

Jangan dikira ketepatan waktu hanya berlaku untuk hal-hal yang sifatnya "formal." Janji informal seperti jalan bareng ke club, makan siang, shopping bareng orang Jerman juga rata-rata harus "pas" waktunya. Oke, mungkin ada beberapa orang Jerman yang lebih longgar dan memiliki toleransi tentang waktu lebih dari yang lain. Namun secara umum, datang tepat pada waktu  janjian adalah basic manner yang perlu diperhatikan. 
Aku pernah janjian minum kopi dengan seorang teman. Aku datang 10 menit lebih awal. Aku menunggu temanku itu di dalam cafe sambil membaca-baca menu yang tersedia. Iseng-iseng, aku ingin melihat waktu kedatangan temanku yang orang Jerman ini. Pada saat jam panjang menunjuk tepat ke angka 12 dan waktu menunjukkan pukul 8 (waktu janjian kami), temanku itu membuka pintu cafe, tersenyum padaku, lalu menghampiriku yang sedikit tertegun (oke, mungkin itu hanya kebetulan, tapi tetap saja...heh...)
Waktu naik bus pun demikian. Jam keberangkatan bus lini 30 (jurusan Simmerhausen-Fulda) yang biasa aku tumpangi dari halte bus dekat rumah adalah setiap menit ke-43 (lagi-lagi jadwal yang aneh). Pernah sekali aku ketinggalan bus tersebut gara-gara aku sampai di halte pada pukul 8.45, telat 2 menit, dan aku harus menunggu 1 jam di tengah suhu 2 derajat Celcius, hingga bus berikutnya datang. Darn!

Komentar

  1. hello kak ajeng :)
    aku kiki dari medan. tertarik banget banget sama aupair tapi blom bisa karna masih kuliah. oia kk masih dijerman sekarang atau gimana?

    BalasHapus
  2. Halo Kiki :)
    Salam kenal ya.
    Iya aku masih di Jerman setengah tahun lagi...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menengok Rumput Tetangga

Graduated

Graduate Student