Mereka tak Pernah Murka

Terngiang banyak lagu, slogan, puisi, dan sebagainya, yang menyatakan bahwa alam telah bosan dengan tingkah laku manusia dan mereka menghukum manusia dengan 'bertingkah' yang aneh-aneh; membuat onar dengan mengalirkan air dalam jumlah terlalu banyak, bergoyang terlalu liar, atau memuntahkan isi perutnya melalui gunung-gunung yang terbatuk.
Menurutku, mereka tak sedang bosan.
Jika mereka harus bosan, kenapa harus sekarang? Dari dulu, aku dan kamu, sudah melakukan banyak hal destruktif. Alam tenang-tenang saja, 'stay cool'. 
Terbayang juga banyak ayat dan sajak tentang kemurkaan sang Pencipta; Dia ngambek, wong sudah dikasih hidup sama tempat tinggal kok tidak tau berterima kasih, malah dirusak-rusakin.
Menurutku, Dia tak sedang murka.
Alam dan Penciptanya, menurutku tak pernah murka atau bosan mencintai manusia.
Mereka justru mencintai kita, karena itu mengungkapkan perasaan mereka melalui cara-cara yang, kebetulan saja, sedikit ekstrim untuk ukuran manusia.
Merapi dan Krakatau mungkin sedang berbincang, mereka sedang saling mengungkapkan perasaan.
Apakah aku menganggap remeh penderitaan manusia?
Sedikitpun tidak.
Aku sama seperti orang lain; turut bersedih, bersimpati, bahkan menangis hanya dengan melihat liputan yang maksudnya mendramatisir, padahal kenyataan lebih jauh dari drama itu sendiri.
Tapi aku tidak bersimpati pada orang yang malah menyalahkan satu sama lain dan saling melempar tanggung jawab untuk mengulurkan tangan.
Manusia memang penuh dosa, karena itulah mereka disebut manusia.
Alam dan Penciptanya tahu benar akan hal ini,
dan mereka juga tahu dan percaya, seperti aku
dengan segala ungkapan perasaan mereka ini.

Manusia bisa berubah.

(repost fb's note; 31 Oktober 2010, 3:01)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menengok Rumput Tetangga

Graduated

Graduate Student