Postingan

Menampilkan postingan dengan label opinion

Hospital

It's been a while since last time I wrote things in English. Guess I should put more effort on it now, since I absolutely do not want my English skills to vanish. Hospital. It is not pleasurable to stay there, of course. As a patient. My 'hospitalized experiences' is more than needed, for a person as old as I am. I suppose. I used to grieve so much...now I tend not to care or think much about it. What can you see in a hospital? Sick patients. Exhausted doctors. Anxious families. Overworked cleaning services. Some dedicated some bored staffs. Angels. God of Death. All of the elements are deliberately or not, directly or not, related to life and death. The atmosphere inside is always unique. Mixed of happiness, sadness, hope, desperation, passion, anger, frustration, believing... As I lie down on a hospital bed, I am wondering. How many people died on this bed? How many people survived? How was the feeling of families crying by the bed? Were they losing hope? How could they s...

Pahlawan

Setiap orang adalah pahlawan. Entah bagi orang lain ataupun bagi dirinya sendiri. Setiap orang adalah pahlawan. Mereka berjuang menolak untuk menyerah. Pahlawan bukanlah mereka yang memiliki kekuatan luar biasa dan menguasai dunia dengannya. Namun mereka yang berani menggunakan kelebihannya untuk berkorban.

Peretas Warisan

Gambar
Sometimes we never value a moment until it becomes a memory.  Karena waktu tak pernah berjalan mundur dan manusia tak mampu dengan mudah memutar rekaman memori yang telah lama lalu, mulai pada abad ke 15 dirintislah penemuan brilian bernama kamera. Piranti peretas memori yang memposisikan diri di ambang batas antara kenangan dan kekinian. Perekam ingatan akan jalan yang telah ditempuh, lautan yang terseberangi, kota yang dilalui, langit yang ditengadahi,  kawan yang disambangi, serta cita dan cinta yang teraih. Kamera menyimpan banyak rahasia dan menguak banyak perkara. Fungsinya penting, sekaligus menghibur. Entah di tangan fotografer ahli atau amatiran, empunya kamera melaksanakan fungsi penting, yaitu meninggalkan sebuah warisan, a legacy . Warisan ingatan akan sebuah peristiwa yang layak dikenang kembali. Ketika mata hati menjejakkan langkahnya yang pertama, ketika dua negara yang bertikai melakukan gencatan senjata, bahkan saat manusia menjejakkan kaki di planet l...

Aku Kecil

Gambar
Bagiku, tak ada penjabaran masa kanak-kanak yang lebih baik dari puisi Edna St. Vincent Milley, " Childhood is the Kingdom Where Nobody Dies ." Secara ajaib, anak-anak memberi kehidupan pada sembarang yang tertangkap matanya, tak mengenal kematian. Masa kecilku pun begitu magis. Aku membentuk dua sosok kawan dari udara, nama mereka Atin dan Aton. Mereka selalu bertengkar, Atin mendorongku melakukan hal-hal baik, sedang Aton adalah sosok yang nakal. Mereka selalu bersamaku. Setiap pagi saat bangun tidur, saat ibu membangunkan aku untuk pergi ke taman kanak-kanak, Atin mendukung ibu dan Aton memaksaku tidur kembali. Jangan salah, tak selamanya Atin menang. Terkadang aku lebih mendengarkan Aton, karena apa yang disarankannya selalu asyik dilakukan. Seperti jajan permen tak sehat yang bisa mewarnai mulut sampai dimarahi Bu Pur, guru TK ku, atau memukul kawan sepermainanku saat mereka tak meminjamiku mobil-mobil  hot wheels mereka yang baru. " Tomorrow, or even the day after ...

Kepada senyum

Senyum kepada yang bersusah hati memberikan penghiburan Senyum kepada yang terkecewakan menawarkan pengharapan Senyum kepada yang patah hati menyokong ketabahan Senyum kepada yang tertindas membangkitkan keberanian Senyum kepada yang kecil hati menimbulkan percaya diri Senyum kepada yang kebingungan menggugah keyakinan Senyum kepada yang cemburu memadamkan amarah Senyum melipatgandakan kebahagian Senyum mendalamkan keharuan Senyum mengabsahkan rasa syukur Senyum memperkuat persaudaraan Senyum mempertebal iman Senyum adalah lengkungan yang meluruskan

Pelitaku

Di duniaku, pelita abadiku hanya satu. Orang pertama yang memberikan cahaya kepadaku, bahkan yang mengenalkan kata "lampu." Ibuku. Sepertinya duniaku ada karena ibuku.  Aku bisa melihat cahaya, ibukulah yang berjasa. Aku berjalan di kegelapan, ibukulah yang membuka cahaya maafnya, lalu membimbing ke sinar yang tepat. Saat aku merasa putus asa, ibulah yang menjadi pelita harapan. Lampu hidupku, yang pertama dan abadi, itulah ibuku.

Omong Kosong

There is no way we can talk about music.  Tak mungkin memilih sebuah komposisi saja untuk menjadi soundtrack  hidup.  Musik adalah sebuah entitas yang terlalu luar biasa untuk bisa digambarkan dengan kata-kata: rumit, namun sederhana secara bersamaan. Dentuman lesung dan alu, tangisan bocah, siulan petani, komposisi klasik, sonata megah; ketika kita menarik nafas dalam-dalam, memejamkan mata, dan mencoba menyatu dalam gelombang suara niscaya musik akan terdengar. Berbicara mengenai musik hanyalah omong kosong belaka. Namun dunia tanpa musik jauh melebihi omong kosong. Saat membicarakan musik, aku merasa seperti makan kulit kacang. Karena keberadaannya bukan untuk diperdebatkan, tapi dicerna. Musik sudah ada dalam nadi. Dia mengalun menghibur ketika sejoli patah hati, berdentum riang saat pesta perayaan, mendayu trenyuh dalam pemakaman. Musik selalu ada. Musik selalu tahu. Musik menjadi latar setiap episode kehidupan manusia yang berganti-ganti setiap harinya, bahkan dalam...

Dia

Dalam kitab suci yang kuyakini tertulis kalimat problematis "berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya." Problematis karena kalimat tersebut bertentangan dengan prinsip "jangan percaya sebelum kau melihat" dalam riset ilmu pengetahuan. Lalu mengapa Dia mengutus sang penulis kitab mencantumkan kata-kata itu? Lagi dan lagi, Dia memang Maha dalam segala hal, pun menjadi teka-teki juga Dia sempurna. Ke-maha-an teka-tekiNya menyiksa keterbatasan pemahaman manusiawiku setiap waktu.  Ratusan kali aku bertanya di saat kecewa menggempurku, benarkah Dia ada. Jikalau iya, mengapa orang-orang terbunuh dalam perang? Mengapa alam tertindas? Mengapa jalanku terjal bak karang?  Saat demikian, tak jarang kusebut namaNya bukan dalam syukur namun dalam umpat. Mengapa Dia tak terlihat? Mengapa mengapa ada?  Kala itu angin berhembus kencang. Tanah basah di jalanan gunung sepi itu. Aku tersungkur mencium aspal. Untuk beberapa saat kesadaranku hilang. Sepeda motorku tergolek s...

Sepatuh Sepatu-Sepatuku

Tak ada hal sepatuh sepatu-sepatu. Patuh menjadi alas terinjak-injak. Patuh mengarungi aspal terik, lumpur lengket, tebing terjal, jalanan banjir...hingga lantai marmer mewah ataupun karpet merah. Patuh menjalani tugas dan nilai diri sebagai hadiah dari ibu karena rajin membantu, sebagai simbol kecantikan dan kekayaan sosialita megapolitan, menjadi lambang disiplin anak sekolahan, ataupun sebagai pelindung tangguh para pejuang di pertambangan. Saat melirik berpasang-pasang sepatuku di rak hampir ambruk itu, menatap dan melamuni nasib sepatu-sepatuku...alangkah bahagia bila aku hidup dalam filosofi sepatuku,yang...ah...mereka pun tak paham mereka punya itu. Menjadi berharga seberharga sepatu yang dirancang, dirakit, dan bernilai jual. Menjadi kesayangan yang dirawat, dicuci, dan dibanggakan pada kawan. Menebar bibit kebahagiaan sebagai trophy hasil usaha menabung, hadiah atas usaha berkompetisi, ataupun imbalan kejutan sebagai hadiah hadir. Terpenting, sepatu selalu patuh menjadi penjag...

Wahai cermin ajaib di dinding, akulah yang tercantik

Gambar
Langit biru. Awan putih. Cermin bening. Bening sebening hatimu sebelum terkotori asap. Asap polusi hati. Ya, polutan " kata mereka " yang merecoki kebeningan hatimu. Kata mereka badanmu tak indah bentuknya, terlalu banyak gelembung tak diperlukan menempel. Kata mereka wajahmu bak permukaan rembulan, terjal tak rata kebanyakan bukit dan lembah. Kata mereka rambutmu kurang ini dan kulitmu kebanyakan itu; gigimu surplus nikotin-kafein dan matamu kehilangan sinar; perutmu mabuk lemak dan betismu jadi kabar buruk buat maling mangga depan rumah. Disingkat, kata mereka dirimu di depan cermin itu tak sempurna. Lantas? Ini mantraku: alih-alih menjadi racun, polutan "kata mereka" dapat diperlakukan seperti limbah terolah; yang bisa diproses dan dijadikan bahan daur ulang tepat guna. Tak perlu ditelan mentah-mentah, diolah. Tantang cerminmu itu sembari memoles ketaksempurnaan yang menjadi titik krisis percaya dirimu. Tak perlu usaha berlebih hingga merusak jati dirimu. Ber...

Permintaan maaf pada hasrat menulisku

Pada saat hasrat menulisku mencapai klimaksnya, sekitar 3 bulan yang lalu, aku berjanji pada diriku sendiri akan menulis dan menulis...dan menulis. Sayangnya media menulis elektronik milikku tidak cukup praktis untuk dibawa bepergian. Akhirnya, organizer  ku-lah yang memanjakan keinginan menulisku. Ini itu, aku tulis di buku bersampul kulit hitam penuh dengan jadwal dan catatan perjalananku mulai awal tahun ini. Namun yang terjadi adalah... dalam sebuah misi pekerjaan, buku itu tiba-tiba hilang entah di mana. Kukutuk kecerobohanku dan kupeluk rasa kecewaku pada diriku sendiri.  Ide-ide ceritaku...jurnal perjalananku di Eropa...jadwal-jadwal...kenang-kenangan perjalananku. Lenyap. Sejuta maaf dari sudut cerobohku kusampaikan pada hasrat menulisku; meskipun itu tak cukup untuk menumbuhkan lagi pijar-pijar semangat menulisku. Namun satu kesempatan ini secara ajaib memanggilku. Setelah ini, selama 21 hari aku akan mencoba menyembuhkan kekecewaanku ya...

Flashback Au Pair, Setelah Ini

Satu tahun di Jerman pastinya banyak sekali pengalaman yang aku dapat. Sebenarnya sih gatel gitu pengen cerita-cerita ke semuanya, tapi kok ya...hmm..karena satu dan lain hal bloggingnya agak macet gitu. Nah, setelah ini, aku berjanji (pada diri sendiri) bakalan merapikan jurnal dan menuangkannya dalam tulisan yang lebih rapi dan layak baca. Tagihlah kalau tidak segera terealisasi. Aku akan senang dengan tagihannya. Haha... Di Jerman sudah musim panas lagi, sama seperti musim kedatanganku tahun lalu. Jadi lebih enak nih nulisnya, pengalamanku akan aku tulis sesuai kronologi musim. Semoga menjadi tulisan yang menginspirasi nantinya. Semangat!

A Piece of Reflection After a Pilgrimage

It was like….exactly one year ago, when I started my…well...let’s call it “pilgrimage” That memory wasn’t at all vague. I still remember exactly what I wore, what I carried, how I felt, what I was afraid of and what I didn't care about. That day when I stepped my feet for the first time to that place beyond the ocean. I do not mean to be hyperbolic. Well, yeah, it’s your right to think that I am. Yet I will let this writing be my reflection.  A good friend of mine (I don’t know if I should give her a credit, I hope she read this post :P) asked me about the “resume” of my experience, that’s why I have an idea to compose this reflection. Oh well, this Ignatian pedagogy also affects me so much so that I thought it is highly necessary to put all my experiences together in a reflection. I write in English so that it can reach wider audiences; including the people I meet during my pilgrimage.  Just a week after my coming back from a place beyond the ocean, I started t...

Mereka tak Pernah Murka

Terngiang banyak lagu, slogan, puisi, dan sebagainya, yang menyatakan bahwa alam telah bosan dengan tingkah laku manusia dan mereka menghukum manusia dengan 'bertingkah' yang aneh-aneh; membuat onar dengan mengalirkan air dalam jumlah terlalu banyak, bergoyang terlalu liar, atau memuntahkan isi perutnya melalui gunung-gunung yang terbatuk. Menurutku, mereka tak sedang bosan. Jika mereka harus bosan, kenapa harus sekarang? Dari dulu, aku dan kamu, sudah melakukan banyak hal destruktif. Alam tenang-tenang saja, 'stay cool'.  Terbayang juga banyak ayat dan sajak tentang kemurkaan sang Pencipta; Dia ngambek, wong  sudah dikasih hidup sama tempat tinggal kok tidak tau berterima kasih, malah dirusak-rusakin. Menurutku, Dia tak sedang murka. Alam dan Penciptanya, menurutku tak pernah murka atau bosan mencintai manusia. Mereka justru mencintai kita, karena itu mengungkapkan perasaan  mereka melalui cara-cara yang, kebetulan saja, sedikit ekstrim untuk ukuran manusi...

Dosa

Aku mengidolakan Yesus. Yeah , mungkin itu sudah seharusnya, tapi apa yang pertama kali membuatku sangat tergila-gila padaNya (bukan dalam artian yang dangkal) bukan sisi keilahianNya. Meskipun Ia adalah Putra Bapa, seperti yang selalu aku yakini, Dia begitu...manusiawi. Tentu saja. Ada tertulis kalau Dia memang  manusia. Tapi ini hanya pengantar. Apa yang akan aku tulis bukan tentang Dia ( of course ). Aku tidak memiliki bekal perikop ataupun pengetahuan agama yang cukup untuk menggambarkanNya dengan tepat.  Satu hal yang selalu terngiang di telingaku adalah Yesus benar-benar manusia, kecuali dalam hal dosa. Dosa. Aku akan menjadi pendosa yang paling berdosa kalo aku mengaku bahwa aku tidak pernah melakukan dosa, itu kan dosa! Dosa memiliki banyak definisi, dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang yang selama ini ditanamkan - well, aku yang mau juga - padaku adalah suatu perbuatan yang semakin menjauhkan aku - manusia - dari apa yang kusebut sebagai Tuhan. Aku...

Tamparan Jumat Agung

Aku bukan orang yang holy2 tralala... Mungkin bisa dikatakan orang yang cuma inget Dia kalo lagi ada masalah... Aku tidak begitu rajin berdoa... Bisa dibilang bersimpuh hanya setiap aku butuh... Tapi hari ini aku tertampar oleh homili dari romo, ceritanya begini (dengan berbagai modifikasi di sana-sini): Ada seorang manusia, yang selalu berkeluh kesah akan hidupnya. Ia selalu menggerutu dan merasa bahwa ia mendapatkan cobaan yang berat dari Tuhan. Karenanya, saat Tuhan mengadakan open house di hari kebangkitan PutraNya, manusia itu datang ke rumahNya untuk protes dan berunding. Saat tiba baginya bertemu dengan Tuhan, ia pun berkata: "Tuhan, saya ini manusia datang jauh2 dari dunia fana," (sambil berlagak) "Oh ya? Baiklah. katakan, apa keperluanmu hingga kau rela datang ke rumahKu ini?" (namanya Tuhan pasti rendah hati) "Jadi begini, Tuhan. Saya itu merasa kalau beban hidup saya, salib yang saya pikul di dunia ini, itu terlalu berat. Mungkin, lebih berat dar...

salah satu permintaan

aku tidak pernah menganggap diriku baik hati, tidak sama sekali tapi aku juga tidak pernah menganggap aku sejahat itu sampai aku harus terus TERsakiti - ini memang karena salah aku sendiri sebenarnya - (parahnya, tidak ada yang pernah sadar mereka menyakiti) ok. mungkin ini hanya salah satu akibat dari sentimentalisme yang aku punya (since i'm a perfect melancholy person, someone said) tapi benarkah aku memang hanya bisa diam? biasanya hanya merajuk sesaat lalu baik-baik saja - lagi - tapi apakah cukup hanya begitu saja? apa aku harus berubah menjadi pribadi yang lain untuk bisa mendapatkan ketenangan itu? permintaanku tentang ini ada yang mengerti dan tahu tentang aku dan bagaimana harus bersikap terhadapku (yeah.memang rumit) (repost fb's note; 22 September 2009, 13:25)

iseng...

What is your salad dressing of choice? ....just the ordinary one? What is your favorite sit-down restaurant? >warung BU RT...cheap...but fingering licking....khekhe... What food could you eat every day for two weeks and not get sick of? >..soto...hehehe....I ate it nearly evry day in 8 years...and I'm still alive... What are your pizza toppings of choice? >any kinds of beff...Yum..yum.. TECHNOLOGY* How many televisions are in your house? > my House?or Boarding House? hm...2 in my house..invisible in my Boarding house...ahaha... What color of cell phone do you have?> BLACK...forever... BIOLOGY* Are you right-handed or left-handed? >right-handed Have you ever had anything removed from your body? > Yes. it's something that shouldn't be there...but I'm afraid it isn't totally removed... What is the last heavy item you lifted?> a bucket...yeah...I've just washed my clothes... Have you ever been knocked unconscious? > yeah...by a m...

bersyukur karena kecewa

banyak kekecewaan yang aku alami kecewa karena aku tidak terlahir di keluarga yang bergelimang harta kecewa karena aku tidak bisa memakai sepatu berukuran 38 dan memakai celana jeans berukuran 29 kecewa karena aku memakai kacamata kecewa karena aku tidak bernama angelina jolie kecewa karena aku tidak memperoleh gelar doktor di usia 18 kecewa karena aku tidak kuliah di jurusan pilihan pertama kecewa karena aku tidak punya pacar kecewa karena aku selalu merasa kesepian karena di sekelilingku kosong kecewa karena aku tidak bisa main basket yang kusukai kecewa karena aku memiliki tubuh yang lemah kecewa karena aku seseorang yang begitu sensitif kecewa karena hidupku tidak setenang seperti yang seharusnya kecewa karena aku seringkali dikecewakan tapi aku mulai belajar bersyukur bersyukur karena aku masih bisa memiliki berbagai macam hal di antara keterbatasan harta yang keluargaku miliki bersyukur karena aku masih memiliki kesempatan memakai dan memiliki sepatu dan celana y...

sindrom liburan

waspadai gejala berbahaya sindrom liburan panjang yang dihabiskan tanpa ada kerjaan dan kegiatan: 1.tak nafsu makan, meskipun demikian berat badan tetap saja meningkat dengan signifikan 2.keinginan untuk terus tidur menjadi tak terkalahkan 3.otak memikirkan hal yang bukan-bukan, bukan yang seharusnya ada di dalam pikiran 4.(khusus bagi yang hanya punya sedikit teman) mulai bingung mencari tempat pelampiasan, entah hanya untuk sekedar bertukar sapaan, atau untuk bertukar isi pikiran. 5.bila telah masuk ke dalam mode benar-benar-tidak-tahu-apa-yang-harus-dilakukan, pasti akan mengganggu orang-orang yang berada di sekitar tempat keberadaan. 6.gangguan pada orang-orang di sekirar menjadi semakin berat sehingga orang-orang tersebut mulain menganggap sang penderita sindrom tidak layak untuk diidahkan. 7.akhirnya, karena sebuah kesalahan (tidak bisa menahan diri mengganggu orang-orang), sang penderita menjadi semakin kesepian. 8.masih kesepian 9.mencari kemungkinan2 hal yang dapat dil...