Aku Kecil

Bagiku, tak ada penjabaran masa kanak-kanak yang lebih baik dari puisi Edna St. Vincent Milley, "Childhood is the Kingdom Where Nobody Dies." Secara ajaib, anak-anak memberi kehidupan pada sembarang yang tertangkap matanya, tak mengenal kematian. Masa kecilku pun begitu magis. Aku membentuk dua sosok kawan dari udara, nama mereka Atin dan Aton. Mereka selalu bertengkar, Atin mendorongku melakukan hal-hal baik, sedang Aton adalah sosok yang nakal. Mereka selalu bersamaku. Setiap pagi saat bangun tidur, saat ibu membangunkan aku untuk pergi ke taman kanak-kanak, Atin mendukung ibu dan Aton memaksaku tidur kembali. Jangan salah, tak selamanya Atin menang. Terkadang aku lebih mendengarkan Aton, karena apa yang disarankannya selalu asyik dilakukan. Seperti jajan permen tak sehat yang bisa mewarnai mulut sampai dimarahi Bu Pur, guru TK ku, atau memukul kawan sepermainanku saat mereka tak meminjamiku mobil-mobil hot wheels mereka yang baru.

"Tomorrow, or even the day after tomorrow if you're busy having fun  is plenty of time to say, "I'm sorry, mother." Anak sehat berkulit terbakar penuh lecet di sekujur badan, itulah aku kecil. Bersama Atin dan Aton aku pun bertualang, mereka selalu ada. Bermain kasti, gobag sodor, kontrakol, dan betengan. Pulang kampung ke rumah kakek di Sawangan setiap libur lebaran, mandi di kali pancuran atau di sungai arus deras yang seharusnya hanya untuk anak-anak "gede." Ketika Atin berkuasa, aku rajin belajar dan dapat hadiah album perangko untuk Filateli saat nilaiku bagus. Saat Aton merajalela, dimarahilah aku oleh kakek tetangga saat ketahuan mencuri rambutan dan dipukul pantatku oleh ayah gara-gara susah disuruh mandi. Berlarian ke sana kemari mengejar layangan, menari-nari di bawah hujan, memanjat pohon mangga samping rumah, akulah raja bajak laut! Seriously, terkadang aku ingin masuk mesin waktu, tak untuk mengubah apapun, hanya untuk menikmatinya lagi...masa kecilku. Menikmati kegagalan ikut tren tamagochi dan Pez bon-bon, kecemburuan akan tamiya dan barbie tetangga, keliaran lari-larian di sawah, ketegangan memanjat pohon mangga, kelelahan hasil balapan sepeda, kekecewaan kalah taruhan main kelereng...aku kecil menangis, tertawa, bertengkar, berkelahi, gembira, dan tak berprasangka. Hingga sekarang, aku tak pernah rela melepaskan sukacita dan kemurnian masa kanak-kanakku itu, karena itulah yang membentukku hingga kini. "Childhood is not from birth to certain age and at certain age." 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menengok Rumput Tetangga

Graduated

Graduate Student