Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Keluarga Baru – Keluarga Jerman

“Herzlich Ajeng Wilkommen!” adalah kalimat yang tertulis di poster buatan sendiri oleh anak-anak di keluarga yang akan aku tinggali di Jerman. Sambutannya begitu hangat! Karena satu dan lain hal, sayangnya aku tidak bisa menyebutkan nama anggota keluarga tempat aku tinggal. Karena itu mulai dari sini, aku akan menggunakan istilah Mami, Papi, si Sulung, dan si Bungsu. Jadi, Mami dan si Bungsu menjemputku di bandara Frankfurt. Mami sangat cantik, terlihat lebih muda dari umurnya yang sebenarnya. Si Bungsu adalah gadis kecil yang sangat manis. Matanya cerah, ceria, bulat, dan jernih. Keduanya berambut pirang indah. Walaupun sudah berkorespondensi lama dengan Mami, tapi hari itu, 27 Juli 2013 adalah pertama kalinya kami bertatap muka secara langsung. Kesan pertama sangat menyenangkan :) Kesan kedua, di parkiran, begitu mencengangkan. Secara aku bukan orang kaya gitu ya, jadi kalau tiba-tiba dijemput di bandara menggunakan mobil Mercy AvantGrade

Terbang - dari Boyolali ke Jerman

Sebelum lupa detil persiapan dan perjalanan ke Jerman, mending ditulis dulu aja kali ya. Jadi, pada tanggal 26 Juli 2013, aku memulai perjalanan dari Boyolali menuju Dipperz, sebuah kota kecil di negara bagian Hessen, Jerman. Rutenya adalah Boyolali-Yogyakarta-Jakarta-Doha-Frankfurt am Main-Dipperz. Seharusnya aku berangkat tanggal 22 Juli, tapi karena ada kepentingan keluarga yang mendesak, maka terpaksa harus diundur. Seperti biasa, bukan aku namanya kalo perjalanannya woles dan smooth...pasti adaaaaaa aja masalah. Masalah pertama adalah mengenai tiket. Beberapa bulan sebelumnya, aku sudah menyediakan uang untuk membeli tiket CGK-FRA (Jakarta-Frankfurt am Main). Tapi tentu saja, ada banyak hal terjadi dalam keluarga yang membuatku harus menunda-nunda beli tiket sampe akhirnya nyaris defisit saat tiba waktunya membayar tiket. Sebelumnya aku bisa mendapatkan tiket Etihad airlines seharga 580an dolar AS (ini sekitar 3 bulan sebelum tanggal kebera

Sebelum menjadi Au Pair

Tulisan di blog ini sebelumnya mengulas mengenai apa itu Au Pair dan perbandingannya dengan program atau profesi lain yang seringkali sulit dibedakan dari Au Pair itu sendiri. Mulai dari tulisan ini selanjutnya, aku akan bercerita mengenai seluruh pengalamanku sebelum dan selama (dan setelahnya, semoga) aku menjadi Au Pair di Jerman. Pertama-tama, aku ingin bercerita mengenai persiapanku sebelum menjadi Au Pair. 1. Mencari Host Family (Gastfamilie) Website ini berjasa mempertemukanku dengan keluarga yang menampung aku saat ini: www.aupair-world.net . Aktivis internet pastinya tahu, dong, bagaimana cara membuat profil dan “menjual diri” di internet. Website yang aku sebutkan sebelumnya adalah wadah bagi keluarga-keluarga pencari Au Pair dan calon-calon Au Pair untuk saling menemukan satu sama lain. Saranku: jangan mudah tertipu dan telitilah memilih keluarga. Karena bagaimanapun juga, nantinya kalian akan tinggal bersama sebagai sebuah keluarga.

Who drives your life-car? Society? You? God?

Without a settled job and student status, twenties can be the most absurd period of your life. (Me) I graduated last year, my name is getting longer with a quite bias title. I make money from here and there, no settled job, but not quite unemployed. I am twenties. (Please, not the late twenties, it is still early.) Yet, this early-twenties period starts to make me think, I mean "more seriously" think about what will I become in the future. This is Indonesia, this is Java, this is a suburb, the place where I live. My neighborhood consists of highly traditional people with strong hold on tradition and cliches, conservatives. Not that I hate it. Globalization somehow fades the native values and traditions, which I think, some are still necessary and worthy. What I don't particularly agree is that, sometimes people judge the other people merely based on the standards and values they have or they used to. Take an example, I am a (beautiful) girl of twe

Menjadi Au Pair: Melihat, Merasakan, dan Mengalami Budaya Manca

Au Pair. Istilah ini cukup dikenal di kalangan mahasiswa-mahasiswi jurusan sastra di Indonesia. Istilah ini lebih populer lagi di luar negeri, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika. Namun sayangnya, masih banyak orang muda di Indonesia yang belum mengenalnya, padahal banyak hal yang bisa mereka dapatkan dengan menjadi seorang Au Pair. Secara singkat, Au Pair adalah pemuda atau pemudi yang menetap dalam kurun waktu tertentu di sebuah keluarga di negara asing, untuk mempelajari bahasa negara tersebut dan untuk mengalami sendiri kehidupan dari sudut pandang masyarakat negara tersebut. Menjadi Au Pair berarti menjadi bagian dari sebuah host family atau keluarga penerima tamu. Di Eropa, au pairing  atau menjadi Au Pair merupakan hal biasa yang dilakukan pemuda-pemudi untuk mempelajari budaya negara asing. Namun di Indonesia, banyak orang yang menyalah artikan pengertian ini. Wajar saja, karena belum terlalu populer, banyak orang mengira menjadi Au Pair berarti menjadi pembantu di ne

Aku dan Kakakku 2

“Kenapa selalu dia?“ Ada masanya pertanyaan ini selalu terlintas di kepalaku. Dialah yang nomor satu di mata orang tuaku. Dialah yang   harus   selalu diutamakan. Akulah yang   harus   selalu mengalah. Akulah yang   perlu   selalu mendendam. Semantara dia? Dia dengan bahagia membangkang setiap perlakuan orang tuaku padanya. Seperti serigala mengibas-ibaskan ekornya di puncak bukit kala purnama. Tak peduli. Saat aku berusia 5 tahun, aku memulai masa sekolah pertamaku di Taman Kanak-kanak. Jika aku ingat-ingat lagi, pertanyaan ini selalu terlontar dari mulutku: “Mas Jarot kok nggak sekolah” Dan ayah atau ibuku menjawab: “ Mas Jarot   ndak   bisa sekolah, sakit.” Doktrin itulah yang selalu aku pegang dan aku percayai. Kakakku sakit. Kakakku sakit sehingga tidak bisa masuk sekolah. Saat mencamkan kenyataan itu, kakakku berlari-lari dengan riangnya, memainkan roda sepeda roda tiga yang rusak, tepatnya dia mencoba merusaknya. Dia masih menyan

The Little Fawn and the Alien Jungle

The Little Fawn was wandering in the Alien Jungle. He was afraid and confused for he had never been separated from his pack before. In a strange but beautiful flower garden, he met a bee. “Stay away from me, Bee. You are a wicked animal who stings everything around!” said the Fawn. “I have my sting to sting nothing but those that are harmful to me. Yet I help to spread the stamens so that these flowers bloom beautifully. You enjoy it, don’t you?” “Of course I do, thank you Bee.” In a meadow, he met a Worm. “Stay away from me, Worm. You are a dirty animal that brings misfortune around!” said the Fawn. “I bring dirt to nothing but my own body. Yet I help to fertilize this soil in which your food grown. You enjoy it, don’t you?” “Of course I do, thank you Worm.” When he reached a muddy bush, he met a Crow. “Stay away from me, Crow. You are a cocky animal that looks down on everything.” “I have my wings not to conceit. Yet I see things which are unseen from the grou