Menjadi Au Pair: Melihat, Merasakan, dan Mengalami Budaya Manca

Au Pair. Istilah ini cukup dikenal di kalangan mahasiswa-mahasiswi jurusan sastra di Indonesia. Istilah ini lebih populer lagi di luar negeri, terutama di negara-negara Eropa dan Amerika. Namun sayangnya, masih banyak orang muda di Indonesia yang belum mengenalnya, padahal banyak hal yang bisa mereka dapatkan dengan menjadi seorang Au Pair. Secara singkat, Au Pair adalah pemuda atau pemudi yang menetap dalam kurun waktu tertentu di sebuah keluarga di negara asing, untuk mempelajari bahasa negara tersebut dan untuk mengalami sendiri kehidupan dari sudut pandang masyarakat negara tersebut. Menjadi Au Pair berarti menjadi bagian dari sebuah host family atau keluarga penerima tamu. Di Eropa, au pairing  atau menjadi Au Pair merupakan hal biasa yang dilakukan pemuda-pemudi untuk mempelajari budaya negara asing. Namun di Indonesia, banyak orang yang menyalah artikan pengertian ini. Wajar saja, karena belum terlalu populer, banyak orang mengira menjadi Au Pair berarti menjadi pembantu di negeri orang. Betul tidak, ya?

Au Pair vs Homestay
Homestay adalah istilah yang lebih populer di Indonesia. Pada dasarnya, kegiatan homestay di luar negeri biasanya dilakukan oleh seorang pelajar yang bersekolah atau kuliah di luar negeri. Pelajar tersebut memutuskan untuk tinggal di sebuah keluarga lokal, di negara tempat dia belajar. Selain pelajar, ada juga pelancong yang memutuskan untuk tinggal di sebuah keluarga di luar negeri, dengan alasan mempelajari budaya lokal. Melalui sebuah kontrak yang terperinci mengenai fasilitas yang disediakan, biaya yang harus dibayar, dan lain-lain, perjanjian antara keluarga yang ditinggali atau host family dengan pelaku homestay diikat dengan jelas. Dalam beberapa kasus, bahkan ada host family yang memberikan fasilitas homestay secara cuma-cuma, dengan alasan pertukaran budaya pula.
Bedanya dengan homestay, seorang Au Pair memiliki beberapa kewajiban untuk dipenuhi kepada host family. Umumnya, seorang Au Pair harus membantu menjaga anak-anak yang ada di dalam keluarga tempatnya tinggal. Sang Au Pair juga diharapkan membantu sedikit pekerjaan rumah tangga. Seperti biasa, tinggal di dalam sebuah rumah berarti turut menjaga kebersihan dan kerapian rumah tersebut, bukan? Sebagai balasannya, host family akan memberikan semua fasilitas termasuk tempat tinggal, makanan, transportasi, asuransi, dan sedikit uang saku untuk keperluan pribadi kepada Au Pair. Seorang Au Pair juga biasanya wajib mengikuti kursus bahasa negara tersebut. Pembayarannya bisa dilakukan berdasarkan perjanjian antar kedua belah pihak, apakah keluarga bersedia membayarkan, atau Au Pair tersebut harus membayar sendiri. Jadi, kalau pelaku homestay harus membayar untuk memperoleh fasilitas, Au Pair diberi fasilitas cuma-cuma ditambah sedikit kompensasi untuk membantu menjaga anak dan melakukan pekerjaan rumah. Beda kan?

Au Pair vs Nanny
Lantas, apa beda Au Pair dengan nanny atau baby sitter? Sama-sama mengurus anak, bukan? Dilihat dari satu sisi, tugas dan kewajiban Au Pair dan nanny memang mirip. Namun, yang membedakan keduanya adalah jam kerja dan kompensasi yang diberikan. Menurut peraturan yang berlaku, seorang Au Pair hanya diperkenankan bekerja selama 5 jam dalam sehari atau 30 jam dalam seminggu. Peraturan ini dibuat agar sang Au Pair memiliki waktu untuk mengikuti sekolah bahasa dan mempelajari budaya negara tempatnya tinggal. Seorang nanny memiliki jam kerja yang tinggi dan padat,yang biasanya ditentukan berdasarkan perjanjian antara agen nanny tersebut (bila ada) dan keluarga tempatnya bekerja. Di Eropa, kompensasi yang didapatkan seorang Au Pair berkisar antara 240-300. Nominal ini sangat kecil dibandingkan dengan gaji nanny yang dapat mencapai ribuan Euro dalam sebulan.
Ditambah lagi, pada umumnya visa yang diberikan kepada Au Pair dan nanny juga berbeda jenisnya. Beberapa negara memiliki visa kategori khusus Au Pair yang mengindikasikan beberapa ketentuan dan hak-hak khusus Au Pair seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Nanny, di lain pihak, harus memiliki visa kerja dan working permit sebagai tanda masuk negara lain dengan status “pekerja.” Konsekuensinya, seorang Au Pair tidak diijinkan mengambil kerja paruh waktu yang lain demi menambah penghasilan. Hal ini merupakan tindakan ilegal dengan ancaman deportasi ke negara asal.

Menjadi Au Pair
Di era internet seperti sekarang ini, menjadi Au Pair bukanlah hal yang sulit. Melalui portal-portal di dunia maya, keluarga-keluarga pencari Au Pair dan orang-orang yang tertarik menjadi Au Pair dapat bertemu dan berinteraksi secara langsung melalui surat elektronik atau fasilitas temu muka melalui internet. Selain itu, terdapat banyak agen Au Pair tersebar di seluruh dunia. Agen-agen ini menjadi jembatan yang mempertemukan Au Pair dengan keluarga-keluarga yang mencari Au Pair sekaligus menjadi penengah seandainya terdapat kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Persyaratan umum untuk menjadi seorang Au Pair adalah sebagai berikut.
·         Pemuda/pemudi berusia antara 18-24 tahun
·    Memiliki sedikit keterampilan bahasa negara tujuan. Beberapa negara menerapkan persyaratan minimum penguasaan bahasa, tergantung dengan kebijakan negara tujuan.
·         Bersedia mengikuti sekolah bahasa di negara tujuan.
Setelah memenuhi persyaratan tersebut, seorang calon Au Pair bisa mencari keluarga yang mau menerimanya. Kontrak Au Pair berkisar antara 3-12 bulan. Selama masa kontrak tersebut biasanya diberikan masa liburan. Biaya perjalanan dari dan ke negara tujuan Au Pair dikeluarkan sesuai dengan perjanjian. Biasanya keluarga hanya menanggung biaya kembali ke negara asal. Jadi, untuk biaya paspor, visa, dan perjalanan ke negara tujuan, sang Au Pair harus rela untuk menanggungnya.

Bagi mereka yang hanya memiliki dana terbatas namun ingin melihat luasnya dunia, menjadi Au Pair adalah sebuah kesempatan menarik dan berharga. Apalagi, tidak sedikit Au Pair yang akhirnya mampu menarik hati host family mereka dan akhirnya mendapatkan sponsor untuk studi lanjut di negara tujuan mereka. Yang terakhir, mumpung masih muda, habiskanlah waktu dengan kegiatan yang bermanfaat, yang kelak bisa dibanggakan di saat tua nanti! Percayalah, dunia itu luas, namun hanya dibutuhkan niat dan usaha untuk bisa memeluknya. 

Komentar

  1. Kak Ajeng, aku juga berencana aupair ke jerman 2014 nanti, sekarang aku masih les di Goethe Institut.
    kalo boleh tau, pengurusan visa nya gimana sih kak? berapa lama? dan katanya ada wawancara dulu di kedutaannya, bener ga sih?

    makasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo darisania :)

      Maaf ya luama buanget balasnya.
      Mau Au Pair ke Jerman juga ya? Semangat ya buat persiapannya! :)
      Soal pengurusan visa, nanti aku buat satu posting-an khusus tentang itu ya. Ditunggu ya...gak lama kok kali ini..hehe..
      Tetap semangat!

      Hapus
  2. kak ajeng,aku sastra inggris maba 2013,insya Allah swt mau au pair ke UK soalnya Bahasa jerman atau prancis ku 0 .heheheh,kamu bisa bantu gak?tq bfre.oh ya nice blog:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Andi Indah :)
      Salam kenal ya...
      Sebelumnya aku mau cerita dulu.
      Dulu aku pernah juga niat Au Pair ke UK, berhubung bahasanya lebih familiar di aku. Tapi, setelah searching2 dan bahkan nanya kedutaan Inggris langsung, UK TIDAK menerima Au Pair dari Indonesia sayangnya :(
      Intinya tidak ada visa Au Pair dikeluarkan untuk warga negara Indonesia di sana. Dulu aku juga nyaris tertipu, lho :)
      Kalau belum yakin, coba tanya-tanya yang punya pengalaman dulu atau tanya pihak kedutaan langsung ya...
      Tetep semangat!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menengok Rumput Tetangga

Graduated

Graduate Student