Sebelum menjadi Au Pair

Tulisan di blog ini sebelumnya mengulas mengenai apa itu Au Pair dan perbandingannya dengan program atau profesi lain yang seringkali sulit dibedakan dari Au Pair itu sendiri.
Mulai dari tulisan ini selanjutnya, aku akan bercerita mengenai seluruh pengalamanku sebelum dan selama (dan setelahnya, semoga) aku menjadi Au Pair di Jerman.

Pertama-tama, aku ingin bercerita mengenai persiapanku sebelum menjadi Au Pair.

1. Mencari Host Family (Gastfamilie)
Website ini berjasa mempertemukanku dengan keluarga yang menampung aku saat ini: www.aupair-world.net. Aktivis internet pastinya tahu, dong, bagaimana cara membuat profil dan “menjual diri” di internet. Website yang aku sebutkan sebelumnya adalah wadah bagi keluarga-keluarga pencari Au Pair dan calon-calon Au Pair untuk saling menemukan satu sama lain. Saranku: jangan mudah tertipu dan telitilah memilih keluarga. Karena bagaimanapun juga, nantinya kalian akan tinggal bersama sebagai sebuah keluarga. Memilih keluarga yang sudah biasa mengambil Au Pair adalah salah satu “jalan aman” dan cerdas dalam memilih keluarga. Ingat juga: (sedihnya) banyak negara tidak menerima pemuda/i Indonesia untuk datang ke negara mereka sebagai Au Pair karena terlalu banyak kasus terorisme di negara ini. Jadi, pertimbangkan masak-masak negara tujuan yang dipilih, yang tentunya disesuaikan dengan bahasa yang kalian kuasai atau ingin kalian kuasai. Terakhir: jangan mudah tergiur dengan upah yang besar. Standar “uang saku” Au Pair di Jerman misalnya, hanya 206-260 Euro saja per bulan. Jadi jangan pernah berpikir untuk menjadi Au Pair karena alasan ingin mencari uang saja ya, karena memang bukan itu tujuan utamanya. Banyak pengalaman yang mengatakan, upah besar yang ditawarkan Host Family biasanya berbuntut pada “pembabuan,” walaupun ada juga Au Pair yang sangat beruntung mendapatkan upah lebih ditambah perlakuan yang sangat baik dari keluarga yang ditinggalinya. Ingat, jam kerja Au Pair di Eropa rata-rata hanya 30 jam seminggu. Waspadalah!

2. Mempersiapkan jiwa, raga, pikiran, dan mental
Tergantung masa kontrak, Au Pair akan tinggal di negara asing selama beberapa lama. Di Jerman, minimal masa kontrak adalah 6 bulan dan maksimal 12 bulan. Siapkan hati dan mental, ya. Pada saat tulisan ini dibuat, aku baru tinggal di Jerman selama 1 minggu. Aku pikir semuanya akan mudah karena aku bukan tipe orang yang gampang homesick. Tapi kenyataannya, perbedaan budaya yang luar biasa sedikitnya membuatku terguncang. Bila tidak diatasi dengan cara yang bijaksana, pastinya akan merusak kebahagiaanku selama tinggal di negeri yang jauh dari tanah air. Tanyakan pada diri sendiri: siapkah aku berpisah dari papa-mama/pacar/kawan/adik/kakak/saudara lain yang aku sayangi selama 6 bulan atau bahkan 12 bulan? Jika diri kalian yakin dan menjawab YA, maka mantapkah langkah untuk mengurus hal-hal teknis lainnya.

3. Mempersiapkan keuangan
Jika sudah mendapatkan Host Family yang cocok, maka dimulailah masa pembuatan perjanjian. Mulai dari pembayaran tiket pesawat, kursus bahasa, asuransi, transportasi, akomodasi, dsb. Bicarakan dan catat semuanya dengan teliti. Ingat, CATAT dan SIMPAN semua perjanjian yang telah dibuat, entah itu melalui e-mail, skype, telepon, atau apa pun. Aku bicara dari pengalaman, lho. Setelah dicapai kata kesepakatan, maka kalian bisa mulai mempersiapkan keuangan kalian. Jangan lupa, banyak yang harus dipersiapkan; mulai dari visa, paspor, SIM A, SIM Internasional (bila diperlukan), tiket (bila kalian harus membeli sendiri), dan keperluan pribadi sebagai persiapan tinggal di negara asing.

*Detil pengurusan dokumen-dokumen yang diperlukan beserta cara pengurusannya akan aku tulis masing-masing di post yang berbeda ya...nantikan...

Ketiga nomor tadi setidaknya bisa menjadi pedoman dan bahan referensi untuk kalian yang ingin mencoba pengalaman ini. Kemarin, aku bertemu dengan seorang teman dari Jerman yang pernah menjadi Au Pair di AS sekitar 9 tahun yang lalu. Dia dengan bangga mengatakan bahwa itu adalah salah satu pengalaman terbaik yang dia miliki selama dia hidup. Bahkan setelah 9 tahun, dia masih mengatakan bahwa dia bahagia telah mengambil keputusan itu.

Pernyataan ini sedikit memberikan kekuatan tentunya, untukku yang baru saja seminggu sampai di tempat ini; namun sudah disuguhi dengan pandangan, kebudayaan, bahkan cara duduk yang berbeda di negeri orang. Rasa galau dan kesepian akhirnya sedikit tersingkir.

Komentar

  1. hai, dari sekian blog yang menulis Au Pair jerman dari Indonesia kan cuma kamu yang paling recent.
    bolehkah di ceritain proses apply visa nya and dokumen apa aja yg dibutuhin ?? Vielen Dank,

    BalasHapus
  2. Hi gsc astria, maaf lama baru balas ya :)
    Iya ini sedang dalam proses pembuatan artikel tentang visa-nya.
    Ditunggu ya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menengok Rumput Tetangga

Graduated

Chatting about Color with an Imaginary Sightless Friend