Dia

Dalam kitab suci yang kuyakini tertulis kalimat problematis "berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya." Problematis karena kalimat tersebut bertentangan dengan prinsip "jangan percaya sebelum kau melihat" dalam riset ilmu pengetahuan. Lalu mengapa Dia mengutus sang penulis kitab mencantumkan kata-kata itu? Lagi dan lagi, Dia memang Maha dalam segala hal, pun menjadi teka-teki juga Dia sempurna. Ke-maha-an teka-tekiNya menyiksa keterbatasan pemahaman manusiawiku setiap waktu. 
Ratusan kali aku bertanya di saat kecewa menggempurku, benarkah Dia ada. Jikalau iya, mengapa orang-orang terbunuh dalam perang? Mengapa alam tertindas? Mengapa jalanku terjal bak karang? 
Saat demikian, tak jarang kusebut namaNya bukan dalam syukur namun dalam umpat. Mengapa Dia tak terlihat? Mengapa mengapa ada? 

Kala itu angin berhembus kencang. Tanah basah di jalanan gunung sepi itu. Aku tersungkur mencium aspal. Untuk beberapa saat kesadaranku hilang. Sepeda motorku tergolek sekitar 15 meter di samping kanan. Sekujur tubuhku sakit. Otakku menjerit, apa lagi yang Dia lakukan padaku? Tak cukupkah tengkaranku dengan orang tuaku beberapa saat sebelum itu? 
Tak lama seorang ibu mendekatiku, susah payah memapahku, lalu setengah menyeretku menuju rumah...gubuknya...tak jauh dari situ dan dengan sabar merawatku. Melepas jaketku yang basah, membersihkan lecet di sekujur badan dan kepalaku. Kata beliau aku beruntung, jatuh semeter lagi nyawaku akan melayang, masuk jurang. Kata beliau, Dia masih menyayangiku. Setelah kuperhatikan lagi, ibu itu bermata satu, berbadan sangat bungkuk dan kurus. Saat kalimat terakhirnya kudebat, bahwa Dia itu tidak ada, beliau hanya tersenyum dan berkata dalam bahasa Jawa halus menyentuh sembari menepuk-nepuk dadaku, "barusan Dia ada di dalam saya yang kebetulan melihatmu saat pulang ngarit tadi, nanti Dia pindah ke dokter yang bakal mengobati sampeyan. Kanjeng Gusti itu memang seperti angin dan suka angin-anginan. Ndak kelihatan tapi kerasa, dan lagi ada dimana-mana, suka pindah-pindah." Seperti menyetujui kata-kata beliau, angin berhembus, menyejukkan. Sedikit, akhirnya aku sedikit mengerti. Berbahagialah mereka yang tak melihat namun percaya. Seperti udara yang terus mengalir dipicu perbedaan suhu, Dia terus bekerja dimana-mana, menggulirkan kesempatan pada manusia untuk berbuat kebaikan. Jika ingin tahu misteri apa yang dia kerjakan hari ini, ngobrol saja denganNya. Dalam doa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menengok Rumput Tetangga

Graduated

Graduate Student