Plester

Kata ibu, baik adanya kau menjadi kawan yang bagaikan plester. Plester mudah ditemukan, ada dimana-mana. Di toko kelontong pinggir jalan hingga toko obat mahal dalam pusat perbelanjaan mewah. Plester yang pertama terpikir ketika jari manismu teriris sembilu; menjadi pertolongan darurat penghenti darah, penutup luka kecil. Tapi kata ibu, plester tak mesti menyembuhkan. Ada harapan dia akan menutup luka kecil dengan sempurna, melindunginya dari kuman-kuman yang masuk, lalu merangsang sel-sel darah putih untuk membentuk fibrin dengan cepat hingga akhirnya luka itu pun sembuh. Namun, luka terlampau besar tentu di luar kuasanya. Plester hanya bisa menutupi dan melindungi borok itu dari kotoran, tak mampu menyembuhkannya. Pun lagi, plester kadang menyakiti. Begitu kuatnya hasratnya ingin melindungi, dia melekat erat, keras kepala tak mau lepas. Akibatnya, ketika dia harus terlepas, dia meninggalkan rasa perih tak terlupakan. Lalu dia pun dibuang meninggalkan luka yang sembuh atau setengah sembuh untuk menjalani takdirnya sendiri, tanpa ada rasa keberatan.

Kau sebagai kawan pun, Nak, harus siap menjadi plester. Kata ibu. Siaga ketika temanmu membutuhkan kala ia terluka. Bahagia bila hadirmu mampu menghapuskan sakitnya. Meskipun hatimu hancur ketika kau tak mampu menyembuhkan lukanya, setidaknya kau ada untuk merengkuh getaran tangisnya. Bersiaplah tercabik ketika kau harus melukai kawanmu untuk alasan-alasan tertentu. Berjagalah untuk berseberangan jalan, karena semakin lekat hubunganmu, semakin sakitlah ketika pendirian kalian bergesekan. Namun berlegalah saat cabikan itu menyembuhkan kawanmu, mengeringkan lukanya. Dan yang terakhir anakku, berlapang dadalah, bahkan bersukacitalah saat kawanmu pulih tanpamu. Janganlah kau merasa terbuang ataupun tersingkir. Karena kau tahu, Anakku, kau telah dengan bangga menyelesaikan tugasmu sebagai plester. Yang walaupun dibuang di akhir, tapi jasanya tak akan bisa terbuang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menengok Rumput Tetangga

Graduated

Graduate Student