Aku dan Kakakku 2
“Kenapa selalu dia?“ Ada masanya pertanyaan ini selalu terlintas di kepalaku. Dialah yang nomor satu di mata orang tuaku. Dialah yang harus selalu diutamakan. Akulah yang harus selalu mengalah. Akulah yang perlu selalu mendendam. Semantara dia? Dia dengan bahagia membangkang setiap perlakuan orang tuaku padanya. Seperti serigala mengibas-ibaskan ekornya di puncak bukit kala purnama. Tak peduli. Saat aku berusia 5 tahun, aku memulai masa sekolah pertamaku di Taman Kanak-kanak. Jika aku ingat-ingat lagi, pertanyaan ini selalu terlontar dari mulutku: “Mas Jarot kok nggak sekolah” Dan ayah atau ibuku menjawab: “ Mas Jarot ndak bisa sekolah, sakit.” Doktrin itulah yang selalu aku pegang dan aku percayai. Kakakku sakit. Kakakku sakit sehingga tidak bisa masuk sekolah. Saat mencamkan kenyataan itu, kakakku berlari-lari dengan riangnya, memainkan roda sepeda roda tiga yang rusak, tepatnya d...